Kaum viking merupakan etnis yang hidup di beberapa negara skandinavia seperti Denmark, Swedia dan Norwegia. Mata pencaharian mereka umumnya bertani, berburu dan memancing. Viking juga dikenal gemar berpetualang menjelajahi dunia sambil berdagang. Kehebatan mereka sebagai kaum pemberani dengan kehandalan membuat kapal layar membuat mereka sangat populer di masanya. Sekarang pun sejarah mereka sering dibicarakan penduduk dunia.
Memacing sebagai bentuk mata pencaharian bagi kaum viking, sekarang menjadi hobi sebagian masyarakat Norwegia. Memancing juga mempunyai tradisi tersendiri bagi negara empat musim ini. Tentunya gaya memancing di musim dingin sangat menarik diketahui karena pada musim dingin negara viking ini diselimuti salju tebal dengan suhu udara bak kulkas dunia, dimana tahun ini mencapai – 35 s/d – 40 derajat C.
Memancing di musim salju tentu sangat unik terutama mereka yang memancing di sungai atau danau. Kenapa unik, karena sungai dan danau diselimuti salju tebal yang telah menjadi es sehingga mampu menahan orang bahkan kenderaan roda empat untuk lewat diatasnya. Saat ini penulis (Aiyub Ilyas) tinggal didekat sebuah danau terbesar di Norwegia yang bernama Mjøsa dengan luas 365 km2, panjang 117 km, dengan kedalaman 468 m. Pada musim salju Mjøsa selalu diselimuti es, sehingga banyak warga menggunakannya sebagai tempat bermain ski. Begitu juga pada akhir musin salju, ketika matahari mulai bersinar banyak penduduk memancing ikan diatas Mjøsa.
Bagaimana cara melakukannya tentu hal yang menarik untuk diceritakan. Mereka pergi jauh ketengah danau dengan membawa perlengkapan memancing, kursi santai, alas tidur dan tentu tidak pernah lupa dengan satu termos kopi. Karena memang penduduk Norway terkenal sebagai peminum kopi terbanyak di dunia. Kemanapun mereka pergi, kopi selalu menjadi pendamping setia.
Saat penulis mencoba berjalan jauh ketengah danau dengan perasaan takut kalau tiba-tiba terjadi gempa dan penampang es hancur, tentu sudah bisa diprediksi sebuah kenduri besar akan digelar menyambut manyat pahlawan yang mati konyol. Namun keinginan untuk mengamati bagaimana mereka memancing diatas es telah menguatkan tekad untuk terus berjalan dengan pandangan yang mengamati kanan kiri kalau-kalau ada sesuatu yang membahayakan.
Begitu sampai ketempat dituju, dengan sedikit berbasa basi berbagai pertanyaan muncul dari benak yang sangat penasaran tentang bagaimana cara mereka memancing dan apakah mereka tidak takut berada seharian diatas danau dengan kedalaman hampir ½ km itu.
Merekapun menceritakan bahwa memancing diatas permukaan es adalah hal yang unik dan menarik. Sambil menunjuk peralatan merekapun memperagakan bagaimana membuat lubang sebagai tempat menjatuhkan mata pancing untuk mengail ikan yang ada jauh dibawah permukaan.
Karena sering melihat di TV tentang bagaimana seekor beruang kutup dengan mudah menangkap ikan diatas permukaan es, penulis berfikir tentu merekapun mendapatkan hal yang sama. Melempar mata kail dan dalam beberapa menit ikan pun diperoleh. Tapi ternyata tidak, mereka mengatakan butuh kesabaran tinggi untuk menunggu yang kadang-kadang tanpa hasil.
Karena tujuannya bukan sekedar mendapatkan ikan, tapi menyalurkan hoby sambil menikmati teriknya matahari yang tidak mereka peroleh selama musim salju, membuat mereka mampu bersabar berjam-jam diatas permukaan es. Ketika penulis menanyakan apakah mereka tidak merasa takut bila penampang es mencair atau hancur karena gempa misalnya. Sambil tertawa mereka mengatakan bahwa Norway tidak pernah terjadi gempa dan mereka tidak begitu tahu bagaimana rasanya gempa bumi.
Tapi kalau tentang pencairan es, mereka yakin tidak karena pemerintah tentunya akan mengeluarkan warning bila ada situasi yang membahayakan. Sehingga semuanya dalam keadaan yang terkontrol kata mereka. Akhirnya dengan sedikit mempromosikan Aceh dengan peninggalan Tsunami penulis menutup pembicaraan sambil berlalu dengan hati terus berdo’a semoga tidak terjadi sesuatu hingga kaki melangkah sampai ke tepi. Itulah sekelumit pengalaman di negara viking yang sekarang mendapat predikat negara yang paling ingin ditinggali oleh penduduk dunia.
*) Aiyub Ilyas adalah aktivis World Achehnese Association, Mahasiwa Master Kesehatan Jiwa HUC of Norwegia
(Pewarta Indonesia)